Kaum perempuan di Inggris terpaksa melakukan seks untuk bertahan hidup karena krisis yang melanda negeri tersebut. Fakta ini muncul berdasarkan data badan amal Inggris, Beyond the Streets.
Badan amal tersebut memaparkan bahwa kaum wanita di Inggris, termasuk mereka yang mengalami trauma dan masalah kesehatan mental, https://cicakrowoh.shop/ harus beralih menjadi pekerja seks untuk ditukar dengan tempat tinggal atau untuk memenuhi kebutuhan dasar lainnya.
“Seks yang disewakan, terutama ketika ketika tuan tanah menuntut seks dengan imbalan diskon atau akomodasi gratis, adalah masalah yang berkembang karena kondisi ekonomi yang semakin ketat,” kata badan amal tersebut, dikutip The Guardian, Senin (22/5/2023).
“Pelaku menggunakannya sebagai alat untuk penyalahgunaan dan kontrol,” tambahnya.
Badan amal Beyond the Streets juga mengatakan krisis biaya hidup mendorong mereka yang sudah rentan untuk beralih ke seks untuk bertahan hidup guna memenuhi biaya tagihan dan sewa, yang mengarah pada peningkatan eksploitasi dan pelecehan.
“Krisis biaya hidup adalah pendorong (seks untuk bertahan hidup), dan bagi mereka yang sudah rentan, mereka menghadapi eksploitasi yang cukup besar. Ada kekurangan dana pemerintah untuk mendukung kebutuhan perempuan, dan badan amal sedang berjuang karena pendapatan mereka berkurang, biaya meningkat, dan mereka dihadapkan pada lebih banyak permintaan untuk layanan mereka,” kata juru bicara badan amal.
Peralihan ke pekerja seks khususnya menjadi masalah di kalangan perempuan migran dan pencari suaka, menurut para pengamat. Krisis juga mempersulit mereka yang mencoba meninggalkan hubungan yang penuh kekerasan.
Bantuan Wanita Amerika Latin (LAWA) juga telah melihat beberapa kasus “seks untuk disewakan” dalam beberapa bulan terakhir yang melibatkan pencari suaka perempuan.
Dalam salah satu kasus, seorang wanita telah menggelandang beberapa bulan ketika dia bertemu dengan seorang pria yang berjanji akan memberinya akomodasi sebelum melakukan pelecehan seksual saat dia sedang tidur.
“Tidak dapat diterima bahwa perempuan dalam keadaan rentan seperti itu begitu sering terpapar pelecehan dan intimidasi, menjadi korban ganda dan tidak dapat mencari ganti rugi,” kata BelĂ©n Ruiz, koordinator pusat nasihat kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan.
Beberapa kasus, tambahnya, melibatkan pelecehan dan pelecehan terhadap pencari suaka saat berada di fasilitas akomodasi hukum publik. “Ini membuat mereka takut mengakses layanan ini, yang membuat mereka menjadi mangsa empuk bagi pelaku yang tinggal di akomodasi pribadi,” tambahnya.
Pekan lalu, Menteri Dalam Negeri Suella Braverman mengumumkan pihaknya sedang mempertimbangkan undang-undang baru yang menargetkan tuan tanah yang mengeksploitasi orang yang rentan untuk seks, dan menyerukan bukti.
Hal ini terjadi setelah pengumuman bulan lalu tentang uji coba pembayaran satu kali untuk membantu korban kekerasan dalam rumah tangga meninggalkan hubungan yang penuh kekerasan.