Harga emas terus melandai. Pada penutupan perdagangan Senin (27/3/2023), emas ditutup di posisi US$ 1.956,56 per troy ons. Harga sang logam mulia anjlok 1,04%.
Pelemahan tersebut memperpanjang derita emas yang juga anjlok pada akhir pekan lalu. Dalam dua hari perdagangan terakhir, harga emas ambruk 1,85%.
Harga emas sedikit membaik pada pagi hari ini. Pada perdagangan hari ini, Selasa (28/3/2023) pukul 06:32 WIB, harga emas ada di posisi US$ 1.957,35 per troy ons. Harganya menguat tipis 0,04%.
Emas mengangkasa pada 10-23 Maret 2023. Pada periode tersebut, emas melambung 8,9%.
Pada perdagangan Senin (20/3/2023) pukul 14:26 WIB, harga emas bahkan mampu menembus US$ 2.007,69 per troy ons, level tertingginya sejak Maret tahun lalu.
Lonjakan harga emas ditopang oleh kekhawatiran pasar setelah tiga bank Amerik Serikat (AS) kolaps yakni Silicon Valley Bank (SVB), Silvergate Bank, dan Signature Bank.
Analis dari Blue Line Futures, Phillip Streible, menjelaskan pelemahan tajam emas disebabkan oleh aksi jual investor dalam jumlah besar.
Menurutnya, penguatan emas yang sangat tajam pada pekan lalu lebih disebabkan oleh short covering akibat kepanikan pasar. Saat kepanikan mereda, investor kembali menjual emasnya.
“Rally emas (pekan lalu) lebih disebabkan oleh short-covering. Harga emas kemungkinan akan terus mengalami tekanan,” ujar Streible, dikutip dari Reuters.
Dia menambahkan kepanikan investor mereda setelah pasar optimis dampak krisis perbankan bisa diatasi. Kebijakan pemerintah AS maupun Lembaga Penjamin Simpanan AS (FDIC) juga ikut menenangkan pasar.
Seperti diketahui, FDIC mengumumkan First Citizens BancShare Inc akan membeli simpanan dan pinjaman Silicon Valley Bank (SVB). Pengumuman ini dua minggu setelah kejatuhan SVB yang mengawali krisis perbankan AS.
Kesepakatan itu mencakup pembelian sekitar $72 miliar atau sekitar Rp 1.019 triliun aset SVB dengan diskon $16,5 miliar, tetapi sekitar $90 miliar dalam bentuk sekuritas dan aset lainnya akan tetap dalam kurator untuk disposisi oleh FDIC.
Pelaku pasar juga melihat jika bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan tetap menomorsatukan inflasi dalam mempertimbangkan kenaikan suku bunga.
Gubernur Fed Governor Philip Jefferson Senin (27/3/2023) menegaskan jika target utama The Fed tetaplah membawa inflasi ke kisaran 2%.
“Inflasi harus dibawa kembali ke kisaran 25%, ke kisaran target FOMC (Federal Open Market Committee),” tutur Jefferson, saat berbicara H. Parker Willis Lecture, Washington and Lee University, Lexington, Virginia
Pekan lalu, The Fed tetap menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 4,75-5,0% di tengah krisis perbankan AS.
Sikap tegas The Fed dan pernyataan Jefferson membuat pelaku pasar melihat masih akan mengerek suku bunga ke depan. Dampaknya, yield surat utang pemerintah AS tenor 10 tahun pun melonjak ke level 3,53% kemarin, level tertingginya dalam sepekan terakhir.
Kenaikan yield tentu saja berdampak negatif ke emas karena membuat emas kurang menarik. Emas tidak menawarkan yield sehingga kenaikan yield membuat emas ditinggal investor.