Xi Jinping mencatat sejarah di China. Ia resmi menjadi Presiden China untuk ketiga kalinya alias tiga periode.
Pada Jumat (10/3/2023), Kongres Rakyat Nasional (NPC), memilihnya dengan suara bulat. Sekitar 3.000 anggota parlemen memberi suara ke pria 64 tahun itu.
“Terpilihnya kembali Xi adalah puncak dari kebangkitan yang luar biasa di mana ia telah beralih dari aparat partai yang relatif kurang dikenal menjadi pemimpin kekuatan global yang sedang naik daun,” tulis AFP.
Penobatan resmi ini membuatnya menjadi presiden komunis China yang paling lama menjabat. Xi dapat memerintah hingga usia tujuh puluhan, apalagi jika tidak ada penantang yang muncul.
Adrian Geiges, salah satu penulis “Xi Jinping: The Most Powerful Man in the World” mengatakan Xi memang ingin memajukan China. Ia tidak termotivasi oleh keinginan untuk memperkaya diri sendiri, meskipun penyelidikan media internasional mengungkapkan kekayaan keluarganya yang terkumpul.
“Itu bukan minatnya,” tegas Geiges di media yang sama.
“Dia benar-benar memiliki visi tentang China, dia ingin melihat China sebagai negara paling kuat di dunia,” tambahnya.
Bagaimana Ini Terjadi?
Selama beberapa dekade, China selalu menghindari “pemerintahan satu orang” demi kepemimpinan yang lebih berbasis konsensus. Pemerintah dulunya, memberlakukan batasan masa jabatan pada sebagian besar peran seremonial kepresidenan.
Pendahulu Xi Jinping, yakni Xi Jiang Zemin dan Hu Jintao melepaskan kekuasaan setelah 10 tahun menjabat. Kala itu, memang presiden hanya boleh dua kali menjabat.
Xi sendiri baru naik menjadi presiden tahun 2013. Awalnya semua tampak biasa hingga 2018.
Ia menghapus batasan masa jabatan pada tahun itu. Ini membuka jalan untuk dirinya maju menjadi presiden di luar masa dua periode.
Di 2021, ia kemudian membuat resolusi doktrin Parti Komunis China (PKC), yang pertama selama 40 tahun terakhir. Ia mendeklarasikan ideologi Xi sebagai esensi kebudayaan China.
Xi merupakan presiden ketiga China yang merilis resolusi PKC. Sebelum Xi, hanya Mao Zedong dan Deng Xiaoping yang pernah menerbitkan resolusi PKC pada tahun 1945 dan 1981.
Aura kuat Xi Jinping akan memimpin lagi kemudian sangat terlihat di Oktober 2022. Kongres yang dihadiri 2.300 delegasi itu disebut makin membuka jalan Xi Jinping untuk memimpin ketiga kalinya.
Kala itu Xi diumumkan sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis. Kala itu, pelantikan presiden di Maret sudah terdengar.
Pemberantasan Korupsi dan Upaya Jegal Lawan Politik
Sementara itu, mengutip South China Morning Post (SCMP), Xi bisa merangkak ke bangku kekuasaan karena kampanye anti korupsi. Kampanye tersebut diyakini pula sebagai upaya Xi memberantas musuh politik dan memperkuat kendali di seluruh level komunitas.
Komisi Pusat untuk Inspeksi Disiplin (CCDI) menjadi alat Xi untuk menginvestigasi dan mendisiplinkan hampir lima juta pejabat tinggi dan pejabat akar rumput. CCDI sendiri bertugas menindaklanjuti pejabat yang terlibat kasus penggelapan besar-besar, sogokan besar, dan penyalahgunaan kekuasaan demi keuntungan pribadi.
Tantangan Periode ke-3
Mengutip AFP, di jabatan ketiganya ini sejumlah tantangan besar akan dihadapi Xi. mulai dari pertumbuhan yang melambat dan sektor real estat yang bermasalah hingga tingkat kelahiran yang menurun.
Hubungan dengan Amerika Serikat (AS) juga berada pada titik terendah yang tidak terlihat dalam beberapa dekade sebelumnya. Di mana keduanya memperdebatkan segala hal, mulai dari hak asasi manusia hingga perdagangan dan teknologi.
“Kita akan melihat China lebih asertif di panggung global, bersikeras bahwa narasinya harus diterima,” kata direktur SOAS China Institute, Steve Tsang.
“Tapi itu juga salah satu yang akan fokus di dalam negeri membuatnya kurang bergantung pada dunia luar, dan menjadikan Partai Komunis sebagai pusat pemerintahan, bukan pemerintah China,” katanya.
“Ini bukan kembali ke era Maois, tapi di mana Maois akan merasa nyaman. Bukan arah perjalanan yang baik untuk seluruh dunia,” tambah Tsang.